Ketika engkau tunaikan fardu, dengan susah atau mudahnya...
Ketika engaku jauhi laranga-Nya, kecil maupun besarnya...
Ketika menyerukebaikan dengan penuh harapa mendapatkan ridha-Nya...
Ketika engkau mencegah kemungkaran yang disertai rasa takut akan murka-Nya...
Ketika itu, tak kau sadari, kau telah menemukan manisnya ibadah... nikmatnya ima... serta ketenangan yang merupakan sejatinya kebahagiaan.
Teruslah bermunajat pada Allah, memohon tanpa henti setiap nafas berhembus dikala kau sendiri, jadikanlah do’a itu bagian dari dirimu, sehingga engkau jadi bagian dari do’a itu sendiri, sampai orang lainpun mempercayaimu sebagai wasilah terbukanya pintu langit oleh kumandangnya do’a yang sering kali kau panjatkan disaat menunaikan kewajiban, namun ketahuilah saudaraku...
bahwa pengetahuan sebiji sawi tapi keyakinan sebesar gunung itu lebih baik dari pada pengetahuanmu sebesar gunung tapi keyakinanmu sebiji sawi, karena do’a bukanlah hanya melafadzkan ejaan huruf yang kau rangkai jadi kalimat hampa dan kau hafalkan diluar kepala, tapi menyelami samudra makna disetiap kata yang kau baca dengan penuh harap dan penuh rasa, meskipun demikian sempurnakanlah pengetahuanmu agar lebih sempurna keyakinanmu.
Malapetaka yang paling besar adalah jika kau mencintai seseorang atau mengharapkan sesuatu tapi seseorang yang kau cintai atau yang kau harapkan itu lebih mencintai dan berpihak kepada orang selain dirimu, maka pautkanlah seluruh yang kau cintai dan yang kau harapkan pada Pecinta Sejati yang selalu membalas cintamu dengan kasih sayang-Nya yang tak bertepi.
Mengalah itu tak berati kalah, takut tak berati pengecut, abaikan seluruh permasalahan yang menjadikan kerendahanmu, jalanilah hidupmu dengan penuh kedamain dan kegembiraan, karena sesungguhnya hidup itu indah bagi jiwa yang bersyukur, dan menikmati anugrah sebagai manusia yang mengabdi pada tuhannya itu lebih indah dari sekedar dunia dan seisinya.
Orang yang benar-benar takut pada Allah dia tidak akan dapat dilihat kemarahanya, ikutilah langkahnya dan turutilah perintahnya serta jalanilah ajaranya, kau akan mendapatkan cahaya keimanan yang sempurna.
Hendaknya kamu lebih memeperhatikan tentang bagaimana agar amalan yang kau lakukan itu bermakna dan diterima Allah Taala, daripada banyak beramal tapi tak disertai kata hati, sadarlah bahwa sesungguhnya masih terlalu sedikit amalan yang kau lakukan yang disertai dengan keikhlasan dan ketakwaan.
Orang yang tidak bisa menguasai matanya, mata hatinya tidak ada harganya.
Orang yang tidak bisa menjaga lidahnya, maka agamanya tiada nilainya.
Karena nilai agama seseorang terdapat di bawah lidahnya dan nilai hati seseorang terdapat pada pola pandangnya.
Nilai seseorang itu sesuai dengan kadar tekadnya,
Nilai ketulusan seseorang itu sesuai dengan kadar kemanusiaanya,
Nilai keberanian seseorang itu sesuai dengan kadar penolakanya terhadap perbuatan jahat,
Nilai kesucian hati seseorang itu sesuai dengan kepekaanya terhadap kehormatan dirinya.
Orang yang jujur akan mendapatkan cinta, kepercayaan, dan kehormatan,
Jadilah pribadi yang apa adanya, dan jadilah pohon besar yang rela ditebang kemudian digunakan untuk perlindungan oleh banyak orang.
Selemah-lemahnya orang adalah orang yang tak mau mencari shabat dan orang yang tidak bersahabat, dan yang lebih lemah dari itu adalah orang yang menyia-nyiakan sahabat yang sudah ada tanpa ada upaya peka maslahat bersama sehingga sahabatpun berlalu darinya.
Perkataan sahabat yang jujur, benar, dan baik, itu lebih besar harganya daripada benda yang diwarisi dari nenek moyangnya.
Sesungguhnya seorang hamba itu apabila merasa ujub karena suatu keindahan dunia, niscaya Allah akan murka sampai dia melepaskan semuanya dan yang tersisa hanya penyesalannya.
Tidak ada kebaikan ibadah apabila ibadah tersebut tidak disertai dengan ilmunya, dan tidak ada kebaikan ilmu apabila ilmu tersebut tidak di pahami dan tidak digunakan untuk melakukan kebaikkan serta tidak ada perhatian terhadap keilmuanya.
Orang yang bertakwa itu seolah-olah terkekang hidupnya oleh hukum Allah yang membatasi dengan pagar-pagar nilai-Nya, namun sesungguhnya jiwa mereka lebih merdeka karena tidak terbelenggu oleh rantai abstrak dunia.
Sesungguhnya seseorang itu berharta bila ia zuhud pada dunia, dan sesungguhnya seseorang itu fakir apabila dia gemar mengejar dan memuja dunia.
Orang yang paham ilmu fiqih itu seharusnya bisa makrifat pada Allah, karena dengan ilmunya dia bisa mengenal pada Allah lebih jauh dan lebih dalam, bahkan dengan ilmunya dia bisa mengajar pada orang lain sampai mengerti hakikat kehidupan.
Berpikir dan bertindak untuk manfaat pada umat itu lebihbaik daripada sholat sepanjang malam tapi dalam dirinya tiada kepekaan terhadap sesamanya.
( Ustd. Muchlihin )
Jumat, 04 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar