Kamis, 29 Agustus 2013

Motifasi Iman & Kehidupan 9


Sombong bagi orang kaya itu rendah, tapi lebih tercela lagi orang miskin yang selalu membusungkan dadanya,
Anak muda yang melakukan dosa itu tercela, tapi lebih hina lagi orang tua yang masih berani berbuat dosa. Ironis,
Orang bodoh yang mengejar harta itu tercela, tapi lebih hina lagi orang alim yang gila harta dan dia semakin jauh dari kebenaran yang diajarkan tak sejalan antara hati dan ucapan.

agar dapat kau rasa betapa indah makna disetiap baris kalam-Nya,
jangan biarkan yang tersirat hanya sekejapan mata,
indah goresan kalam Ilahi melebihi keindahan langit senja yang menembus cakrawala, biarkanlah cahaya disetipa makna memancar dan merasuk ke dalam jiwa dan tetap di dalamnya hingga kau dapat temukan kemuliaan di sisi-Nya
Sesuatu yang dicintai akan selalu diingat dan bicarakan setiap saat jika seseorang mencintai dunia maka ia akan selalu membicarakan dan berusaha mengejarnya, jika seseorang cinta agama maka ia akan selalu mengajak orang lain agar taat beribadah, dimana kah cinta kita dipautkan...?

Dalam kehidupan selalu terdapat kesempatan dan kemungkinan yang datangnya tak bisa ditentukan gapai lah kesempatan dengan kesungguhan jangan hanya duduk mengunggu kesempatan itu datang karena memohon kepada Allah dan maksimal usaha adalah samudra yang dapat mencapai setiap sudut pantai hajat hidup manusia.


Jangan sesali mereka yang menghampirimu di masa lalu, teman yang jahat memberimu pengalaman gelap yang tak terlupakan dan pelajaran berharga untuk ditinggalkan, teman yang baik memberimu pengetahuan dan kebahagiaan penuh ketulusan.

Teman sejati adalah orang yang membimbingmu kejalan iman dan keilmuan meskipun menyakitkan, musuh sejati adalah orang yang menjerumuskanmu kejurang kebodohan dan kesesatan meskipun seolah-olah setia, peduli dan menyenangkan.

Dengan mendalami agama mempelajari dan mengamalkan, maka pahit menjadi manis, debu berubah emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara jadi istana, derita terasa nikmat, dan kemarahan menjelema rahmat.

0 komentar:

Posting Komentar